RIDHA DI ERA FOTOGRAFI DIGITAL
Masa demi masa, sejak era kamera analog hingga peralihan ke kamera digital, baik itu pahit-manis, suka-duka, jatuh-bangun sudah Ridha lewati dalam membangun dan mempertahankan karirnya di dunia fotografi Indonesia. Kini, Ridha dihadapkan pada era di mana fotografi sudah diaplikasikan pada teknologi digital yang sesungguhnya, mulai dari peralatannya hingga proses produksi hasil akhir foto.
Jika fotografi analog menggunakan film seluloid sebagai media penerima gambar, maka fotografi digital adalah seni melukis dengan cahaya yang menggunakan media perekam digital berupa sensor elektronik untuk merekam gambar yang selanjutnya diolah untuk disimpan dalam data biner, sehingga foto bisa dibawa atau dikirim ke mana saja dalam jumlah yang besar.
Memulai karir fotografinya sejak tahun 1989 dan masih bisa mempertahankan eksistensinya hingga sekarang, menjadikan Ridha dikenal sebagai fotografer profesional yang memiliki semangat tinggi untuk terus mengikuti perkembangan zaman. Ridha mulai benar-benar menggeluti fotografi digital di tahun 2001 dengan kamera digital pertamanya Nikon D1. Pada saat itu, Nikon D1 adalah kamera DSLR (Digital Single-Lens Refelx) pertama yang diproduksi secara komersial untuk kebutuhan profesional dengan kecepatan pengambilan gambar 4.5 frame/s serta shutter speed 1/16000 s dan flash sync hingga 1/250 s.
Walaupun perkembangan teknologi sudah di depan mata, namun tidak banyak fotografer yang beralih menggunakan kamera digital pada masa itu. Beberapa fotografer lebih memilih untuk tetap menggunakan kamera analog karena berbagai pertimbangan, seperti pemikiran tidak perlunya melakukan investasi baru, mempelajari teknologi baru dan kenyataannya pada masa itu kamera Nikon D1 masih memiliki resolusi gambar yang lebih rendah dari kamera analog tipe medium format. Namun Ridha memiliki alasan tersendiri untuk menggunakan Nikon D1, yaitu kesadaran Ridha, bahwa seorang profesional, khususnya dalam bidang fotografi harus dapat beradaptasi secara cepat dalam mempelajari dan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik-teknik yang terus berevolusi seiring perkembangan zaman. Perjalanan awal Ridha dalam mempelajari fotografi digital sendiri dimulai saat Ridha membantu Darwis Triadi dalam menjalankan proyek fotografi dengan industri majalah / media, di mana peralatan fotografi yang digunakan sudah diaplikasikan dalam teknologi digital.
Beberapa sosok inspirator bagi Ridha di fotografi era digital adalah Artli, Djoni Darmo dan Hanawi Winarko (alm.) yang merupakan rekan-rekan Ridha di APPI (Asosiasi Photographer Profesional Indonesia). Bagi Ridha, mereka adalah sosok fotografer yang sangat inspiratif, karena mereka tidak menutup dirinya dari perkembangan zaman yang ada di depan mata. Rekan-rekan APPI menerima pembaharuan dalam teknologi fotografi dan justru mencari tahu lebih dalam tentang fotografi digital secara otodidak. Sampai sekarang beberapa rekan APPI masih eksis dengan karya-karya fotografinya. Konsep foto karyanya pun masih sama sejak era analog hingga digital kini.
Di era digital, proyek utama Ridha adalah fotografi komersial dan industri majalah, alasannya tak lain dan tak bukan adalah karena ketertarikan dan konsentrasi Ridha yang lebih tertuju pada fotografi komersial itu sendiri. Pada masa itu, pelanggan utama Ridha di fotografi digital adalah biro iklan dan klien yang ditemui dari interaksi langsung di lapangan. Proyek fotografi komersial Ridha untuk biro iklan di antaranya adalah Pantene, Clear, Danone dan Ajinomoto.
Dalam perjalanan karirnya di fotografi digital, Ridha memiliki pengalaman menarik yang tak terlupakan, yaitu ketika Ridha harus berhadapan dengan teknologi baru, mulai dari komputer, software photo editor, hingga kamera digital sebagai media perekam itu sendiri. Banyak hal-hal unik dan lucu terjadi ketika Ridha mempelajari post production. Namun, bukan tekanan yang Ridha rasakan, melainkan tantangan dan rasa penasaran yang justru membuat Ridha semakin semangat untuk mempelajari hal-hal baru tersebut. Tak hanya teknologi kamera dan perangkat lainnya, Ridha juga mempelajari tentang desain untuk menyempurnakan hasil akhir fotonya.
Ridha juga memiliki pengalaman yang tak terlupakan dengan kliennya, yaitu pada saat proyek foto cityscape di mana Ridha tidak mendapatkan imbalan (bayaran), atas jasa yang telah diberikan. Namun, Ridha tak menjadikannya sebagai suatu permasalahan yang serius. “Menuntut klien dengan kasus seperti itu merupakan tindakan tak berarti yang membuang waktu dan tenaga. Lebih baik kita fokus berkonsentrasi pada proyek foto lainnya yang sedang berjalan.”, tutur pria pengagum komposisi dan keindahan objek ini dengan bijaknya.
Setelah membaca dan mengetahui tentang fotografi analog dan digital, sebenarnya apa sih perbedaan rasa dan pengalaman dalam penerapan fotografi di antara kedua era tersebut? Yuk, ikuti kelanjutan ceritanya dalam blog www.rkusumabrata.com selanjutnya.